Rabu, 03 Januari 2024

Bagaimana Brand Image Mempengaruhi Bisnis?

Bagaimana Brand Image Mempengaruhi Bisnis

Brand Image Mempengaruhi Bisnis - Ada banyak cara yang bisa pebisnis lakukan untuk meningkatkan brand awareness bisnisnya. Salah satunya adalah dengan menjalankan strategi brand image. Sebuah strategi untuk memproduksi gambar khusus yang dapat merepresentasikan keseluruhan daripada nilai bisnis.

Biasanya, gambar yang diproduksi tersebut akan berbentuk logo. Ini adalah definisi brand image yang mimin pahami. Didapatkan dari penjelasan Bakrie.ac.id, brand image sendiri adalah gambaran yang didapatkan seseorang ketika melakukan interaksi dengan brand tertentu.

Sekilas brand image ini memiliki definisi yang mirip dengan brand reputation ataupun brand perception. Tapi, di sini mimin tidak membahas perbedaan antara brand image dengan yang lainnya.

Melainkan mimin akan fokus pada pengaruh brand image untuk bisnis. Untuk lebih mudah memahaminya, kita akan menggunakan contoh kasus Miniso.

Tapi sebelum lanjut ke penjelasan ini, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui manfaat daripada brand image. Adapun manfaat brand image untuk bisnis adalah;

- Meningkatkan kredibilitas bisnis.

- Memberikan kesan profesional.

- Bisnis lebih mudah dikenal oleh target audience.

Lalu, kembali ke topik utama, bagaimana tepatnya brand image dapat mempengaruhi bisnis?

Bagaimana Brand Image Mempengaruhi Bisnis?

Seperti yang sudah mimin katakan sebelumnya, di sini mimin akan menggunakan studi kasus Miniso. Sebuah perusahaan retail yang menyediakan berbagai keperluan rumah tangga, peralatan dapur, aksesoris gadget, hingga produk kecantikan.

Gerai miniso ini bisa dengan mudah kita temukan di mana-mana, terlebih lagi di dalam mall. Bisa dibilang bahwa miniso adalah salah satu gerai favorit yang wajib didatangi oleh orang-orang yang datang ke mall.

Dari sekian banyak calon pelanggan yang datang ke gerai Miniso, hampir sebagian besar dari mereka berpikir bahwa Miniso berasal dari Jepang. Padahal faktanya Miniso adalah perusahaan retail yang berasal dari China.

Anggapan pelanggan seperti inilah yang dinamakan brand image. Anggapan ini muncul juga wajar, karena Miniso memiliki logo yang ikonik. Terbentuk dari elemen khusus berupa huruf katakana Jepang yang dibaca "Meisou".

Logo Miniso Lama
Sumber: Google Images

Belum lagi interior yang dihadirkan pada gerai-gerai Miniso juga menggunakan gaya Jejepangan. Didapatkan dari Prambors, pendiri Miniso yakni Ye Guo Fu dan Miyake Jyunja banyak terinspirasi dari gerai retail serupa dari Jepang, Muji.

Brand image (Miniso dari Jepang) yang dilakukan oleh kedua pendiri ini juga semakin kuat terdeteksi sejak awal mulai gerai pertama Miniso dibuka. Saat dibuka pertama kali di China tahun 2013, Miniso mengklaim dirinya sebagai merek dari Jepang.

Lalu apa tujuan daripada Miniso "mengaku-ngaku" seperti ini?.

Apakah Jepang lebih dikenal sebagai negara produsen alat-alat keperluan rumah tangga, peralatan dapur, aksesoris gadget, hingga produk kecantikan yang lebih baik daripada China?.

Mungkin saja benar.

Apa yang dilakukan Miniso dengan strategi brand image ini terbukti berhasil. Mereka mendapatkan exposure yang besar. Tapi itu tidak bertahan lama, karena nyatanya brand image yang dilakukan ini malah mengantarkan mereka pada kerugian yang besar.

Masyarakat China atau lebih tepatnya Tiongkok mengaku kecewa dengan strategi Miniso ini. Netizen di sana menuntut Miniso untuk mengaku sebagai brand dari China. Apalagi faktanya memang produk-produk yang berada di gerai Miniso adalah hasil dari produksi warga China itu sendiri.

Contoh saja boneka yang ada di gerai China, yang jelas-jelas mengenakan pakaian tradisional China, malah dibilang netizen dari negara lain sebagai boneka Geisha Jepang.

Siapa juga yang tidak sakit hati, jika produk warga sendiri tidak diakui dan dibuat seolah-olah adalah produk dari warga negara lain?.

Ya, netizen Indonesia pastinya juga marah bukan, kalau nasi goreng dibilang sebagai makanan khas Malaysia?.

Akibat desakan inilah, Miniso bertekad untuk kembali ke jalan yang benar dan melakukan perombakan logo besar-besaran untuk semua gerainya di tingkat global, jumlahnya bahkan capai 3.500 gerai.

Logo Miniso Baru
Sumber: Whiteboardjournal.com

Akibat perubahan logo besar-besaran inilah, saham Miniso rugi hingga sebesar 37%. Perubahan juga dilakukan pada hal-hal lain yang berkaitan dengan unsur Jejepangan.

Pelajaran yang Bisa Kita Ambil

Brand image yang dilakukan oleh Miniso ini terbilang berhasil. Tapi apa yang mereka lakukan cenderung menipu brand identity yang sebenarnya. Gerakan mereka dari sedari awal Miniso dibentuk (mengaku-ngaku sebagai produsen Jepang) jelas tidak dapat dibenarkan.

Jika mau, gunakan strategi Silverqueen. Perusahaan coklat asal Garut yang dikira netizen Indo sebagai coklat luar negeri. Brand image yang mereka lakukan tidaklah berlebihan, dan hampir tidak pernah secara terang-terangan mengaku sebagai brand coklat luar negeri.

Palingan juga tersirat, dengan iklan yang menggunakan orang-orang bule. Itupun ada kata legendnya, "Santai Belum Lengkap Tanpa Silverqueen".

Apa yang dilakukan oleh Silverqueen ini masih dalam batas wajar, dan juga terbilang wajar lagi karena rata-rata warga kita lebih suka dengan produk-produk luar negeri ketimbang lokal.

Miris sih, tapi itu fakta. Adapun pelajaran yang bisa kita ambil dari Miniso adalah jangan sampai brand image yang dilakukan mencederai brand identity.

Baca Juga: Pengaruh Jumlah Keyword Utama dalam Konten

Inilah penjelasan lengkap tentang bagaimana brand image mempengaruhi bisnis. Ingin dapatkan insight terbaru lainnya?. Silahkan ikuti terus blog ini, atau kamu bisa follow Instagram mimin di @andrimarzaakhda.

Semoga bermanfaat.

15 comments:

  1. Untungnya jepang nggak menuntut yaa kalo miniso diklaim dr negara mereka.. baru tahu juga sih ternyata silverqueen itu dari garut.. kirain dari luar negeri soalnya lihat iklan dulu kayaknya deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untungnya ya. Yaps, saya pun waktu kecil juga merasa coklat silverqueen dari luar. Ternyata bukan

      Hapus
  2. Wah, strategi marketing ya. Selama ini saya juga tahunya kalo miniso dari Jepang dan Silverqueen dari luar. Karena kebanyakan orang bangga kalo pakai produk luar negeri

    BalasHapus
  3. Aku penggemar cokelat Silverqueen karena dulu almarhum atokku selalu belikan aku cokelat ini sampai aku tahu semua varian rasanya. Tapi beberapa tahun lalu aku kaget juga pas tahu Silverqueen itu produk kojall.
    Memang miris sih ngeliat kenyataan kalau masyarakat kita lebih suka brand luar negeri ketimbang brand lokal. Padahal brand lokal juga banyak yang bagus seperti brand luar negeri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, masyarakat kita terbiasa untuk underestimate sama produk buatan sesama. Oleh sebab itu, dibalut seakan-akan produknya dari luar bisa jadi solusi terbaik untuk pebisnis lokal. Tentunya caranya mesti elegan ya

      Hapus
  4. Awalnya aku juga ngira Miniso ini brand Jepang lo kak. Salut ya, brandingnya cukup berhasil menurut saya. Walau diganti brand image nya, di tempatku masih banyak yang menjadikan tujuan nyari barang murah dengan kualitas lumayan.

    BalasHapus
  5. awal munculnya miniso banyak yang ngira kalau asalnya dari Jepang, pas dicek ternyata asal Cina. ceres juga banyak yang kira dari luar, ternyata adiknya silverqueen yaa

    BalasHapus
  6. saya baru ngeh jika Miniso dari China, secara branding mereka sukses ya tapi ternyata kesuksesannya justru menciderai kepercayaan dan warga sekitar.

    BalasHapus
  7. Eh aku bahkan baru tahu kalau miniso produk China? Walah aku ketipu nih wkwk...Iya setuju banget sih dengan ini, jangan sampai brand image yang dilakukan mencederai brand identity. Aku penggemar produk miniso merasa terdzalimi. Tapiii aku tetep suka semua produk miniso.

    BalasHapus
  8. Wow Silverqueen is Garut Pride. Saya berasal dari Garut dan baru tahu belakangan ini perihal ini. Semenjak kecil sudah telanjur melekat bahwa produk coklat itu adalah produk luar. By the way, sekarang ikalannya sudah jarang muncul, ya? Atau sayanya yang ketinggalan karena sudah jarang nonton tv? Ah, tapi kayaknya Silverqueen sudah tidak perlu ngiklan lagi di tv.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut bangga dengan garut. Sepertinya silverqueen itu sudah nikmatin masa kejayaannya, brand awareness nya sudah ada di level top of mind. Lagi pula biaya iklan di TV sangat mahal, jangkauan serta fleksibilitasnya gak bisa diatur sesuka hati pebisnis.

      Hapus
  9. Ya Allah mbak aku juga baru silverqueen itu produk lokal kukira produk luar negeri. Sama kayak shopie martin kukira brand luar ternyata brand dalam negeri hihi.

    BalasHapus
  10. Walaah, Miniso kukira juga punyae Jepang, eh ternyata China. Pantes kalau murah sih harganya, terjangkau. 😆

    BalasHapus